Tag

, , ,

Bandung Mawardi

Aku tergoda oleh sebuah majalah lawas bernama Negeri Sovjet. Aku mendapat selusin majalah Negeri Sovjet edisi masa akhir 1950-an. Aku tak ingin membaca selusin majalah sendirian. Aku kabarkan ke teman-teman agar ada rangsang turut membaca. Majalah ini terbit berkaitan kedekatan dua negara dengan rujukan ideologis. Aku tak tahu sejarah dan efek majalah Negeri Sovjet di Indonesia. Majalah ini pernah ada dan dibaca oleh orang-orang Indonesia. Aku pun membaca setelah puluhan tahun berlalu.

Majalah Negeri Sovjet No. 7 (1959) memuat tulisan berjudul Buku-buku tentang Indonesia karangan G. Kirillov. Tulisan diawali alinea mengagumkan: “Perpustakaan Negara Lenin di Moskow adalah salah satu perpustakaan jang terbesar didunia. Perpustakaan ini mempunjai kira-kira 2o djuta buku, madjalah-madjalah, bundelan-bundelan suratkabar tahunan, dan penerbitan-penerbitan istimewa. Buku-buku dalam 160 matjam bahaa baik bahasa rakjat-rakjat di Barat maupun di Timur, memenuhi rak-rak buku jang, kalau direntangkan dalam satu garis, akan membudjur dari Semarang ke Surabaja.”

Aku belum pernah pergi ke negeri Lenin tapi mendamba singgah ke Perpustakaan Negara Lenin. Jumlah koleksi buku tentu sudah bertambah menjadi ratusan juta. Aku bakal mendekam di perpustakaan selama sewindu. Impian ini keterlaluan! Aku tak menguasasi bahasa-bahasa asing dunia. Aku tak mungkin mendekam sekadar dengan bahasa Indonesia dan Jawa.

G. Kirillov memberi informasi bahwa di perpustakaan itu ada koleksi buku-buku tentang Indonesia. Informasi kecil: “Diantara buku-buku Indonesia jang diterdjemahkan kedalam bahasa Rusia adalah ‘Indonesia Menggugat’, kumpulan artikel-artikel dan pidato-pidato Dr. Sukarno, Presiden Republik Indonesia, buku ‘Sarinah” oleh penulis jang sama, ‘Sedjarah Singkat Partai Komunis Indonesia’ dan ‘Masjarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia’ oleh Aidit, buku jang bertitel ‘Revolusi Oktober di Rusia dan Revolusi Agustus di Indonesia’ (proses-perbal Jungslager dan Scmidt) jang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia, ‘Indonesia Sekarang’ jang diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Indonesia, dan banjak lagi buku-buku oleh pengarang-pengarang Indonesia jang diterdjemahkan di Uni Sovjet.”

Aku juga menemukan hal buku di halaman 3. Tulisan berjudul Kemadjuan Kebudajaan Sovjet (Danilov) menginfomasikan: “Pada waktu ini setiap tahunnja oleh badan-badan penerbitan diterbitkan buku sedjumlah 80.000-85.000 matjam dengan djumlah seluruhnja 1.100 djuta djilid. Mengenai penerbitan buku-buku terdejamahan asing Uni Sovjet tak ada bandingannja di dunia.” Informasi ini disampaikan oleh pejabat dengan maksud “mengunggulkan” Uni Sovjet dibanding negara lain dalam urusan perbukuan. Aku mengandaikan ada pejabat di Indonesia membaca informasi ini untuk dilanjutkan pelaporan nasib perbukuan di Indonesia di masa 1950-an.

Majalah Negeri Sovjet berisi laporan-laporan optimistis di pelbagai bidang: politik, seni, ekonomi, pendidikan, teknologi, pertanian. Aku belum bisa mendapat jawab tentang makna dan efek penerbitan-peredaran majalah Negeri Sovjet di Indonesia. Sajian tulisan-tulisan berbahasa Indonesia tentu ditujukan sebagai bahasa bacaan “umum” di Indonesia. Aku cuma mengingat bahwa penguasa, pejabat, intelektual, pengarang di masa 1950-an memiliki pamrih menengok dan mengagumi Uni Sovjet. Ingatan ini bernafas ideologis.

Politik dan sastra adalah tema-tema penting mengenangkan Indonesia di masa 1950-an saat “berpelukan” dengan Uni Sovjet. Para elite politik sering mengumbar informasi dan menhadirkan kutipan-kutipan berasal dari Uni Sovjet. Pengarang juga sering mengisahkan pandangan sastra-politik atau estetika mengacu ke Uni Sovjet. Para pengarang di Uni Sovjet jadi panutan di jagat kesusastraan Indonesia. Kita bisa menengok ke hasil-hasil sastra dan perdebatan-perdebatan sastra di masa 1950-an. Majalah Uni Sovjet mungkin bacaan penting berkaitan politik dan sastra bagi pembaca di Indonesia.

Perbincangan sastra bisa ditemukan di majalah Negeri Sovjet No. 7 (1959) di halaman 28 -29. Tulisan berjudul Kesusasteraan Besar untuk Manusia Ketjil disajikan oleh E. Tsurupa. Pandangan tentang peran sastra bagi kehidupan anak: “Kami pertjaja bahwa pendidikan anak-anak mulai dengan tjerita atau sjair jang pertama ia dengar, dengan gambar pertama jang ia lihat. Pandangan dunia seseorang bergantung sebagian besar pada bukunja jang pertama.” Pembahasan sastra anak membuktikan perhatian besar negara terhadap literasi sebagai basis peradaban. Aku uma mengimajinasikan bocah-bocah di Uni Sovjet membaca buku-buku dengan pengharapan memajukan negara dan peradaban. Sastra pun melekat di agenda-agenda negara.

Selusin majalah Negeri Sovjet adalah bacaan mengingatkan masa lalu Indonesia saat bermesaraan dengan Uni Sovjet. Aku merasa ada petunjuk mengurusi sejarah buku, ideologi, identitas, sastra, pers di masa silam. Majalah lawas dan bekas pun pantas dibicarakan untuk mengawetkan sejarah. Begitu.